SENTANI, ppid.jayapurakab.go.id – Ketua Umum Sub PB PON XX Klaster Kabupaten Jayapura Mathius Awoitauw, SE., M.Si, melalui Wakil Ketua Umum (Waketum) II Pdt. Alberth Yoku, S.Th, angkat bicara terkait polemik nasi kotak basi yang beredar penyelenggaraan PON XX Papua 2021 saat para atlet sepatu roda melakukan tes event (lintasan) PON XX dan juga adanya keluhan soal makanan dari PON XX oleh pelatih tim softball DKI Jakarta di akun Instagram miliknya @donnykesumaofficial yang mengeluhkan nasi kotak PON XX basi.
Alberth Yoku saat ditemui usai melakukan virtual meeting terkait Rakor Penyelenggaraan PON XX Papua 2021 dengan pihak Kementerian/Lembaga, Senin (27/9/2021) mengatakan, persoalan nasi kotak basi yang beredar pada penyelenggaraan PON XX, itu dipastikan tidak akan terjadi di Sub PB PON XX Klaster Kabupaten Jayapura.
Menurutnya, untuk penyediaan konsumsi atau nasi kotak ini, pihak Sub PB PON XX Klaster Kabupaten Jayapura telah bekerja sama dengan PT Pangansari Utama. Di mana, telah bekerja semaksimal mungkin dalam penyediaan konsumsi berupa nasi kotak bagi kontingen PON XX, baik itu atlet, official dan juga SDM pendukung lainnya.
Lanjut pria yang juga Ketua FKUB Kabupaten Jayapura ini mengatakan, bahwa penyediaan konsumsi pada pelaksanaan kegiatan PON XX 2021 di Klaster Kabupaten Jayapura itu dilakukan sejak 18 September lalu dengan kemandirian vendor dan diketahui penyediaan dapur umum saja yang sampai saat ini disiapkan oleh PB PON XX Papua belum juga rampung.
“Sampai saat ini kalau mau diketahui belum adanya pergeseran dana bagi pembiayaan bidang III kesehatan, konsumsi, akomodasi dan transportasi belum juga disetor ke panitia penyelenggara. Sehingga dalam persiapannya dilakukan secara mandiri oleh vendor dan hanya dalam waktu 13 hari saja sebelum pembukaan pelaksanaan PON XX. Jadi, vendor terlebih dahulu persiapkan,” ujarnya, ketika dikonfirmasi di Media Center Kominfo PON XX Klaster Kabupaten Jayapura, Grand Allison Hotel, Kota Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura.
Selain itu, dirinya menambahkan, pihaknya juga melibatkan penyediaan dapur lokal yang memenuhi persyaratan sertifikasi Kesehatan dan BPOM, untuk menyediakan kurang lebih 12 ribu konsumsi bagi atlet, official dan seluruh SDM pendukung.
“Itulah sebabnya mobilisasi dan daya dukung belum bisa mendukung vendor cepat dengan standar yang dihadapi. Oleh sebab itu, seharusnya penyediaan yang berikan lebih awal menjadikan rasa syukur dengan keterbatasan pelaksanaan PON XX Papua,” imbuh pria yang juga pernah sebagai Ketua Sinode GKI di Tanah Papua ini mengakhiri wawancaranya.
Sementara berdasarkan informasi yang diperoleh wartawan media online ini, bahwa polemik konsumsi nasi kotak ini juga sempat terjadi di Klaster Kabupaten Jayapura, baik itu nasi kotak yang basi dan datang terlambat, bahkan menunya setiap hari pun sama dan hal ini terjadi dua kali berturut-turut. Kemudian selain persoalan nasi kotak yang lambat datang, juga rasa dari nasi kotak yang beredar itu rasanya hambar, walaupun sudah sering di komplain. Namun ini tetap masih terjadi, sehingga kebanyakan para tamu berinisiatif membeli makanan dari luar karena sudah tidak bisa menunggu dan sudah kelaparan.